Sabtu, 26 Maret 2016

Debat Pangandaran

            Hai Guys... ketemu lagi dengan saya, Fauzan Nu’man dari Garut. Saya sekarang mau cerita pengalaman saya di Pangandaran khususnya dalam lomba yang saya ikuti, yaitu Lomba Debat Pendidikan tingkat Jawa Barat. Karena Debat adalah kegiatan juga lomba yang mengharuskan pelaksananya berwawasan luas. Inilah yang menjadi daya tarik saya, tidak semua orang bisa untuk mengikuti atau melaksanakan kegiatan ini.

            Cerita saya ini semuanya bermula ketika saya berada di kelas X dengan diadakannya penyeleksian di sekolah untuk Lomba Debat Pendidikan. Waktu itu saya gak bisa ikut karena saya sudah terpilih mengikuti Lomba Sajak Sunda tingkat Kabupaten mewakili sekolah. Dari penyeleksian kelas X dan kelas XI, terpilihlah 2 orang laki – laki kelas XI dan 1 orang perempuan kelas X yang merupakan rekan pengurus OSIS dan teman sekelas. Kami pun mengikuti lombanya dan saya menjadi juara IV tk. Kabupaten, rekan saya menjadi juara I tk. Kabupaten. Dia akhirnya berangkat ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi untuk mengikuti lomba tk. Provinsi. Tapi penyelenggaraan Lomba Debat untuk SMK ternyata diluar aturan debat yang telah berlaku,Itu yang diucapkan rekan saya. Sehingga Lomba Debat terkesan agak dipaksakan.

            Satu tahun telah berlalu. Sudah ada info – info penyelenggaraan lomba – lomba yang dilaksanakan tahun kemarin. Termasuk lomba Debat dan lomba Sastra Sunda. Sekarang waktunya pun berbeda, tapi ternyata lomba sajak tidak diperlombakan. Saya pun lebih fokus untuk mengikuti lomba debat, karena dalam lomba sastra sunda saya ditunjuk mengikuti seleksi lomba Aksara Sunda yang ternyata juara ketiga tahun kemarin ada di sekolah saya. Memang tidak ada yang tidak mungkin, tapi kalau hanya diberi waktu 1 malam untuk melancarkan semuanya yang awalnya sama sekali tidak tahu rasanya kesempatan berhasil sangatlah kecil. Saya coba berusaha dan ketika test saya bisa mengisi semua tapi saya masih gagal.

            Lomba Debat, tujuan selanjutnya. Ketika ditanyakan pada guru yang membimbing debat tahun kemarin katanya debat tidak diperlombakan. Ada rasa kecewa karena ini salah satu minat bakat saya dari SMP yang belum dapat mengikuti lombanya sampai kelas XI. Setelah beberapa bulan ternyata Lomba Debat akan dilaksanakan dan alhamdulillah SMKN 2 Garut terpilih kembali menjadi perwakilan Kab. Garut tk. Jawa Barat. Dengan anggota yang terdiri dari 3 orang yaitu saya, Fauzan Nu’man, Sheila Ghustiana dan Salma Nabila yang semuanya itu duduk di kelas yang sama, XI Geologi Pertambangan 2. Sheila adalah rekan kami yang mempunyai pengalaman Lomba Debat di tahun kemarin. Kami berharap agar kejadian tahun kemarin tidak terulang kembali di Lomba Debat Pendidikan SMK. 5 hari setelah terpilihnya kami sebagai perwakilan Kab. Garut, kami mengikuti upacara pelepasan kontingen di Kantor Pemda Garut dipimpin langsung oleh Bupati Garut Bapak H. Rudy Gunawan.
            Setelah melaksanakan upacara, kami pun segera menyiapkan barang – barang untuk pergi ke tempat pelaksanaan Lomba Debat Pendidikan di Pangandaran. Kami berangkat bersama pembimbing naik mobilnya bersama pembimbing dari sekolah lain. Kami berangkat melalui jalur Cilawu, Tasik, Ciamis, Kota Banjar kemudian Pangandaran. Setelah udara agak panas berarti kita sudah semakin dekat dengan laut. Pangandaran, kami tiba disana sore hari dari berangkat sekitar pukul 10 pagi. Kami melaksanakan Shalat Ashar dulu di Mesjid Agung Pangandaran kemudian langsung dibawa ke penginapan yang nama penginapannya saya masih ingat, Penginapan Rahayu. Ternyata banyak pula penginapan Rahayu ini, kalo gak salah saya di penginapan Rahayu 4, satu kamar dengan anak – anak dari Al – Halim dan SMK 3 Garut. Satu kamar itu sudah tersedia 2 tempat tidur yang bawahnya masih bisa dibuka lagi, kemudian AC, TV, Kamar mandi dan meja kursi untuk bersantai.

            Kami sejenak istirahat setelah kami membereskan barang – barang. Beberapa menit setelah istirahat, teman – teman lomba mengajak untuk pergi ke pantai. Kami semua yang sekamar bergegas mengganti baju dan pergi ke pantai. Meski tak lama, tapi sekedar untuk adaptasi lingkungan pantai dan juga sudah lama tak berkunjung ke Pantai Pangandaran jadi kami pergi ke pantai sambil berfoto – foto pemandangan, bahkan ada bule juga jadi kami berfoto bareng sama bule asal prancis ini. Tidak terasa setelah lama kami menikmati suasana pantai di sore hari, Adzan Maghrib pun tiba dan kami bergegas kembali ke penginapan untuk bersiap – siap bertanding esok hari.
            Sepulangnya ke penginapan, kami bersih – bersih dan menunggu intruksi pembimbing. Sekitar pukul 7 malam atau setelah shalat Isa, Pembimbing mengajak untuk ikut Technical Meeting yang lokasinya di SMKN 1 Pangandaran atau SMK Pelayaran. Beberapa pembimbing dan 2 orang peserta salah satunya saya ikut ke SMKN 1 Pangandaran. Perlu sekitar 15 menit untuk sampai lokasi. Ketika kami sampai di depan sekolah, kami disuguhi sebuah tugu yang berbentuk Kapal Laut yang disoroti lampu terang dari bawah dikelilingi oleh kolam berukuran sedang. Kami pun masuk, karena suasana depan gerbang agak gelap, kami tidak menyangka ternyata ada anak – anak yang menyambut setiap tamu yang datang lengkap dengan pakaian khas anak SMK, yaitu pakaian bergaya kemiliteran. Setelah kami masuk dan memarkirkan mobil, kami mengikuti jalannya Technical Meeting Lomba. Hasilnya ada beberapa point yang berbeda dari deskripsi kegiatan yang pertama dikasih. Tapi tak apa karena setiap acara biasanya seperti itu. Selesai Technical Meeting dan mendapatkan informasinya, kami pun bergegas pulang untuk menyiapkan materi lomba.

            Setelah sampai kami langsung memberitahukannya kepada semua peserta lomba karena lomba di Pangandaran ini tidak hanya Debat Pendidikan, tetapi juga ada lomba yang lain. Dari Cerdas Cermat sampai Lomba Akapella pun ada. Kami para peserta Lomba Debat langsung menyiapkan materi sesuai mosi yang akan telah ditentukan panitia. Semuanya bekerja mencari landasan / dasar hukum untuk memperkuat pendapat tentang mosi yang akan diperdebatkan. Dasar hukum yang boleh dipakai seperti ayat – ayat Al – Qur’an, Al – Hadist, Pendapat para ahli, tokoh, Cendekiawan, ilmuan, dan tentunya dasar hukum yang kita pakai di Indonesia seperti UUD 1945, Pancasila dsb. Dasar hukum sangatlah penting untuk sebuah mosi perdebatan, karena ini adalah aturan yang berlaku ataupun juga hasil sebuah penelitian panjang yang perlu dipertimbangkan. Selain dasar hukum, kami juga mencari fakta yang terjadi. Ini adalah bukti yang dapat memperkuat argumen kita ketika Debat. Syarat fakta yang terjadi adalah kejadian yang terjadi secara mengglobal atau secara luas. Bukan seperti fakta yang terjadi di rumah saya atau di daerah saya. Ini tidaklah kuat karena fakta yang terjadi berupa berupa fakta subjektif yang terjadi di tempat si pemberi argument. Fakta yang terjadi yang baik itu yang menjadi permasalahan regional. Lebih baik lagi jika nasional ataupun internasional. Semakin luas dampak dari fakta yang kita angkat maka semakin kuat itu dijadikan contoh sebagai penguat argumen kita.

            Setelah dasar hukum dan fakta nyata, kita mencari kalimat sendiri untuk memperkuat argumen kita. Bisa hal positif yang akan dihasilkan, Dampak negatif yang sedikit atau tidak ada, kelebihan lain dari yang kira – kira bakalan dikeluarkan oleh tim lawan. Dalam Debat pendidikan, kita bukan debat menjatuhkan lawan tetapi debat memperkuat, mempercayakan argument kita kepada audience, dewan juri lebih bagus lagi sampai tim lawan mengakui argument kita itu benar. Maka kita tinggal mengevaluasi pernyataan tim lawan dan menyatakan bahwa tim lawan setuju dengan tim kita. Itu jadi point besar untuk kita.

            Debat biasanya terdiri dari 3 orang yang merupakan pembicara 1 – 3. Pembicara 1 bertugas mengartikan terlebih dahulu mosi yang akan diperdebatkan yang dapat disepakati oleh semua pihak (Pembicara 1 tim Pro), jika pembicara 1 tim kontra lebih penegasan tidak setuju dengan mosi jika pengertian mosi yang dijelaskan pembicara 1 tim Pro dapat disepakati. Jika pengertian mosi tidak disepakati maka pembicara 1 tim Kontra menyanggah dan memberikan penjelasan yang sebenarnya. Pembicara 2 hampir sama dengan pembicara 3, biasanya yang menjelaskan dasar hukum atau fakta ataupun hal lain yang memperkuat argumen tim. Pembicara 3 biasanya ditambah menjelaskan argumen lain atau solusi kenapa tim menyetujui / tidak menyetujui ataupun mengevaluasi setiap kalimat yang keluar dari tim lawan yang bisa menjadi penguat tim kita. Ini tugas yang biasa dipakai tiap pembicara pada kegiatan debat. Aturan Debat di setiap lomba biasanya berbeda – beda. Kita harus beradaptasi dengan aturan yang berlaku. Tapi aturan debat yang sebenarnya yaitu dari P1 Pro (Pembicara 1 tim Pro) ke P1 Kontra ke P2 Pro ke P2 Kontra ke P3 Pro ke P3 Kontra kemudian kesimpulan dari tiap tim.

Struktur argument / statements dalam debat itu biasanya terdiri dari “Pernyataan tim Setuju/ Tidak Setuju > alasan > dasar hukum / yang menguatkan lainnya seperti yang telah dijelaskan > Penegasan pernyataan tim Setuju / Tidak Setuju”. Jadi diawali pernyataan Setuju/ Tidak Setuju kemudian diakhiri dengan pernyataan itu kembali. Tidak terasa saya menjelaskan beberapa materi dalam berdebat. Semoga dapat bermanfaat aamiin.. kita lanjutkan ceritanya.

            Waktu itu saya menyiapkan materi sampai pagi. Saya tidur mungkin beberapa menit sekedar menutup mata. Dan ternyata itu berlebihan dan salah yang mengakibatkan tidak optimal saat pagi. Matahari terbit di langit Pangandaran, tanda kita semua siap bertanding dengan siswa – siswi terpilih di Jawa Barat lainnya. Dan berharap kesalahan yang terjadi pada pelaksanaan lomba SMK tahun kemarin tidak terulang. Kami bersiap – siap, memakai batik yang rapi dan seragam bersama peserta lainnya dari Kab. Garut dari SD sampai SLTA. Kami sebentar mengikuti acara pembukaan lomba, kemudian pergi menuju lokasi lomba, SMKN 1 Pangandaran. Sampainya disana kami daftar ulang, disana yang kita injak itu pasir, benar – benar masih pasir seperti di pantai tapi tumbuh pohon. Halaman kelas itu pasir meski tidak semua. Setelah sedikit melihat – lihat, kami memasuki kelas yang dijadikan tempat lomba. Kami sekilas membaca materi debat, bagan pertandingan dll. Ternyata dari Garut melawan tuan rumah. Lawan ini bukan yang harus ditakutkan tetapi oknum panitia yang mendukung tuan rumah lah yang perlu diawasi. Jika audience dan semua yang melihat perdebatan kami itu dengan jelas mengetahui argumen mana yang kuat maka itu yang akan menang. Karena kami semua disini pastinya siap menang dan siap kalah.

            Kami tampil sekitar pukul 11 siang. Kami menunggu dan waktunya tiba. Waktu kami tampil berdebat. Saya memilih kocokan untuk memutuskan tim Pro/Kontra kemudian saya kebagian menjadi tim Pro. Setelah itu tim lawan mengambil lagi untuk mosi yang akan diperdebatkan. Ternyata keluar mosi “Dewan ini menolak radikalisme dalam berdakwah”. Dari pihak dewan juri menyimpulkan bahwa tim kami menyetujui radikalisme dan tim lawan menolak radikalisme. Tentunya ini menyalahi aturan yang berlaku karena kita tinggal menggabungkan saja kata – katanya jadi tim kami Pro terhadap dewan ini yang menolak radikalisme dalam berdakwah dan tim lawan kontra terhadap dewan ini yang menolak radikalisme alias setuju radikalisme. Sebenarnya mosi ini terasa berat sebelah karena radikalisme sebenarnya sudah diputuskan dilarang. Setelah beberapa menit saya berdebat dengan dewan juri, akhirnya dewan juri yang lain datang dan menyimpulkan sesuai dengan pendapat saya. Kami pun berdebat dan akhirnya kami menang melawan tuan rumah. Ada satu hal yang fatal dari tim lawan yaitu membandingkan Qur’an dengan UUD yang mana ini sangatlah tidak boleh. Kami berusaha dengan baik dan maksimal, hasil penilaian dari dewan juri ternyata berbeda 1 point. Melihat pertandingan tim kami yang pertama rasanya agak mengecewakan. Karena kami mencurigai dewan juri yang mengundi tim dan mosi sehingga terjadi perdebatan kecil antara saya dengan dewan juri, ini seharusnya dihindari. Kemudian dari nilai yang berbeda 1 point, tentunya ini menambah kecurigaan kami bahwa dewan juri menjadi tidak suka terhadap tim kami. Meski menang tapi hati merasa tidak tenang untuk melanjutkan lomba.

            Setelah bertanding, kami istirahat shalat makan sambil melihat peserta dari Garut lainnya yang sedang bertanding. Setelah itu, kami kembali lagi ke lokasi pertandingan untuk melanjutkan perlombaan. Lawan selanjutnya yaitu Kota Cimahi. Dengan juri yang sama kami langsung saja mengundi mosi tanpa mengundi Pro / Kontra terlebih dahulu. Mengundi mosi pun diambil oleh juri bukan peserta. Dan ternyata yang keluar adalah mosi yang sama “Dewan ini menolak radikalisme dalam berdakwah”. Ini sungguh membunuh karakter peserta khususnya tim kami yang sejak pertandingan pertama hampir terjadi intrik. Salahnya saya waktu itu tidak protes secara kekeh terhadap keputusan itu karena itu merupakan keputusan sepihak. Saya teringat kata – kata dari rekan tim saya, intinya seperti ini “Biarkan mereka menzhalimi kita karena nanti bakalan ada balasannya”. Setelah keputusan itu keluar maka saya tidak banyak protes, kami mengikuti keinginan oknum yang mau menzhalimi kita. Kami berdebat sampai ketika tim lawan mengeluarkan argumen yang fatal yang bisa kami balikan. Sampai tim lawan menangis ketika berdebat. Saya ingat waktu itu, tim lawan yang semuanya perempuan menangis dihadapan semua orang. Pengumuman pun diucapkan, ternyata tim kami kalah. Meski memang kami harus siap menang dan siap kalah jika prosesnya dipaksakan kalah maka tentunya kami tidak mau. Setelah berdebat kami melaporkan kepada pembina. Pembina melaporkan kepada pihak panitia. Hasilnya tidak bisa diganggu gugat, yang lebih menyakitkan waktu itu adalah orang yang menjadi oknum dalam pertandingan kami jelas – jelas mengakui kesalahannya. Ini sungguh merusak moral sebuah pertandingan. Bagaimana Indonesia akan maju jika hal – hal seperti ini terus terjadi di sekitar kita. Ini tanggung jawab kita semua. Jangan biarkan mereka yang berpotensi terabaikan dan terkalahkan oleh mereka yang berpengaruh. Berpengaruh tetapi tidak berpotensi bagaikan tong kosong nyaring bunyinya yang hasilnya sudah pasti dapat ditebak yaitu kemungkinan besar Gagal.



            Akhir dari kegiatan ini, kami bermain sepuasnya di Pangandaran sebagai bentuk mengobati rasa menyesal dicurangi. Saya berharap kecurangan yang terjadi dalam kegiatan ini tidak terulang oleh adik – adik kelas saya. Saya yakin pasti akan bisa !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar