Selasa, 13 Oktober 2015

Contoh Essai Tema DPR RI

Judulnya Berharga
            Dewan Perwakilan Rakyat kepanjangan dari DPR yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam tatanan pemerintahan Republik Indonesia juga sebagai lembaga perwakilan rakyat yang didalamnya terdiri dari anggota partai politik terpilih peserta pemilihan umum. Perjalanan terbentuknya DPR sesuai dengan sumber Wikipedia.org terjadi 8 masa yaitu dengan dibentuknya KNIP pada masa awal kemerdekaan sampai yang terakhir pada masa Reformasi yaitu pada tahun 1999 sampai sekarang. Banyaknya perubahan ini diakibatkan masalah, tantangan serta rintangan yang dihadapi pada setiap masanya untuk dapat menciptakan DPR yang sesuai dengan visi misi serta asas negara. Tujuan dari penulisan essai ini selain dari memenuhi syarat peserta, juga memberikan penjelasan dan penerangan akan banyaknya harapan rakyat Indonesia yang mereka percayakan kepada anggota DPR. Setelah essai ini selesai dan dibaca, semoga harapan yang rakyat impikan dapat terwujud satu persatu.
            Untuk dapat mencapai tujuan itu, maka perlu dilakukan pembatasan asumsi agar setiap asumsi yang dikembangkan mendapat solusi yang efektif dan tepat. Dengan tema “Yang Saya Lakukan Andai Menjadi Anggota DPR” maka secara garis besar, penulis akan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan mengutamakan solusi dari setiap point masalah yang penulis kembangkan. Dengan meninjau perkembangan politik di Indonesia disertai pendapat koresponden yang merupakan mahasiswa dan masyarakat umum maka ada empat point permasalahan. keempat point yang akan penulis kembangkan untuk mendapatkan solusi yang tepat ini, diantaranya : kurangnya transparansi anggota DPR dan pemerintahan, Penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, kurangnya hasil kerja DPR yang dapat dirasakan rakyat Indonesia dan terakhir malas dalam bekerja.
Di point yang pertama, menurut Poerwodarminto dalam KBBI menjelaskan tentang pemerintah yang tidak transparan. Menurutnya, pemerintahan dapat berarti proses, maka pemerintah yang tidak transparan adalah suatu pemerintahan yang dalam menjalankan kebijakan, program dan sistemnya sulit untuk dapat diakses informasi aktualnya oleh masyarakat. Menurut penulis, pemerintah yang tidak transparan bisa berakibat menjadi pemerintah yang otoriter, korup dan diktator karena kebijakannya hanya dia yang tahu sehingga rakyat kurang bisa mengawasi. Sesuai sumber cnnindonesia.com, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) meragukan transparansi anggota DPR terkait dana aspirasi. Maka dapat diprediksi penggunaan dana aspirasi akan tertutup seperti tradisi anggota dewan selama ini. Buktinya publik tidak pernah melihat secara kelembagaan pertanggungjawaban setiap anggota dalam pengelolaan dana reses, apalagi dana kunjungan luar negeri. Karena tata kelola keuangan yang belum menjamin, maka anggota DPR dan secara kelembagaan tidak akan siap mengelola dana aspirasi yang besar yaitu wakil rakyat mendapat tunjangan kepentingan masyarakat sebesar Rp. 40,14 juta/ bulan.
Sikap penulis dalam hal ini mengira kalau dana aspirasi rawan akan terjadi penyalahgunaan karena DPR dan pemerintah masih belum transparan dalam melaksanakan tugasnya. Andai penulis menjadi anggota DPR, penulis akan berusaha mewujudkan DPR dan pemerintahan yang transparan agar para anggota DPR dapat diawasi oleh rakyatnya. Teknisnya sering aktif di media sosial kalau perlu membuat akun resmi DPR di media sosial agar setiap kegiatan anggota DPR dapat terlihat oleh rakyatnya sekaligus bisa menjadi sarana mengsosialisasikan suatu program dari DPR. Dengan adanya internet dan media sosial, bisa kita manfaatkan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi menggali aspirasi. Selain itu, DPR mengadakan kegiatan kunjungan wisata parlemen yang pesertanya dari masyarakat dan DPR tetap melaksanakan kegiatan sidang seperti biasa hanya saja dikunjungi oleh masyarakat, agar masyarakat juga dapat melihat kinerja orang yang dipercayanya menduduki kursi parlemen.
Dalam penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan dari anggota DPR dapat kita tinjau sesuai sumber Kompasiana.com. Bahwa anggota DPR turut menentukan pos anggaran di APBN. Contohnya pada kasus Korupsi Al-Qur’an. DPR bahkan melipatgandakan anggaran yang disetujui, karena Zulkarnaen Djabar berkepentingan untuk mendapatkan proyek yang lebih besar karena pelaksana proyek adalah anak kandungnya. Hal ini membuat birokrasi kelabakan karena program seperti ini adalah program titipan yang sudah jelas arah dan maksudnya. Andai penulis menjadi anggota DPR, penulis akan menjaga wewenang ini dari praktek kotor penyalahgunaan wewenang. Caranya dengan mengoptimalkan pengawasan dari semua pihak baik dari Badan Kehormatan, antar anggota DPR dan diri pribadi sendiri dengan membuat komitmen bekerja untuk mencari pahala. Dan jika penulis menjadi ketua DPR, maka perlu dibuat aturan ketat dan tegas agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam melaksanakan tugasnya. Badan Kehormatan pun turut aktif dalam pelaksanaannya.
Kemudian hasil kerja DPR yang kurang dapat dirasakan manfaatnya bagi rakyat Indonesia. Dampaknya banyak terjadi demo yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia atas ketidakpuasan mereka terhadap kinerja para anggota DPR. Seperti pada penjelasan pertama dari sumber cnnindonesia.com bahwa publik tidak pernah melihat secara kelembagaan pertanggungjawaban setiap anggota dalam pengelolaan dana reses, apalagi dana kunjungan luar negeri. Reses adalah kegiatan setahun empat kali anggota DPR untuk turun langsung mencari aspirasi ke masyarakat. Pertanyaannya apakah reses itu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat? Jawabannya belum, terlebih kegiatannya hanya dilakukan di satu titik tertentu dan perubahan dari aspirasi yang diserap tidak berlangsung cepat. Yang lebih prihatinnya lagi cukup banyak anggota DPR yang tidak melaksanakan kewajiban ini. Andai penulis menjadi anggota DPR, solusinya DPR harus transparan agar masyarakat mengetahui rangkaian program yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu dekat ataupun jauh serta mensosialisasikannya. Anggota DPR pun berkomitmen untuk melaksanakan tugas dengan maksimal apalagi jika anggota DPR dapat bekerja dengan sederhana dan tidak boros terhadap uang rakyat, seperti tidak banyak study banding yang kurang manfaatnya bagi rakyat, menggunakan fasilitas dan produk dalam negeri serta yang paling penting mengoptimalkan uang rakyat. Memilih hal yang lebih penting untuk dipilih. Rakyat Indonesia lebih banyak melihat anggota DPR yang royal dalam bekerja meski mungkin ada anggota DPR yang bekerja dengan baik dan sederhana.
Yang terakhir malas bekerja yang dilihat dari kehadiran anggota DPR. Menurut sumber republika.co.id pada tahun 2011 – 2013 masih banyak anggota DPR dengan kehadiran kurang dari 50 % meski dengan alasan izin dan sakit. Di partai Demokrat yang paling rendah persentase kehadirannya yaitu pak As’ad Syam di masa sidang III, 2011 – 2012 (9 Januari – 12 April 2012) yaitu hanya 10%. Kemudian partai Golkar persentase kehadirannya yang paling rendah yaitu Pak Zulkarnaen Djabar dan Pak Chairuman Harahap yaitu 0% atau tidak pernah hadir sama sekali. Pak Zulkarnaen Djabar di masa sidang I, 2012 – 2013 (16 Agustus – 25 Oktober 2012) dan Pak Chairuman Harahap di masa sidang II, 2012 – 2013 (19 November – 14 Desember 2012). Masih banyak anggota DPR yang kehadirannya rendah dari partai lain seperti PDIP, PKS, PAN, PKB, PPP, Gerindra dan Hanura bahkan kehadirannya 0% . Itu baru dilihat yang paling rendah di tiap fraksi apalagi jika ditinjau secara keseluruhan yang persentase kehadirannya kurang dari 50%, rasanya prihatin melihat anggota DPR yang diberi mandat, jabatan dan kepercayaan oleh rakyat, ternyata dalam hal kehadirannya saja masih banyak yang mengecewakan. Andai penulis menjadi anggota DPR, maka penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk disiplin dalam bekerja, amanah dalam melaksanakan tugas dan bertanggung jawab dengan apapun hasilnya, yang pasti diiringi dengan kejujuran.
Dari sekian banyak yang telah penulis jelaskan, maka kesimpulan yang dapat kita ambil yaitu yang pertama, penulis akan terus berusaha untuk mewujudkan DPR dan pemerintahan yang transparan ke semua pihak karena transparansi bisa jadi satu point utama yang sangat penting agar para anggota DPR dapat saling mengawasi bukan bertransaksi untuk kepentingan sendiri. Kedua, penulis akan berusaha menjaga amanah sebagai anggota DPR dengan menjalani tugas yang saling mengawasi dan transparan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan. Ketiga, membuat Program Kerja yang hendak dicapai agar bisa terlihat jelas dan dapat mengevaluasi kerja dalam tahun selanjutnya. Karena dalam manfaat pada rakyat harus terasa, sehingga rakyat pun tidak salah sangka terhadap tugas kita selama menjabat. Juga dalam teknisnya anggota DPR jangan terlalu royal dan harus mendukung produk dalam negeri dalam fasilitas yang digunakannya. Yang terakhir yaitu yang keempat, penulis akan berusaha disiplin dalam bekerja, amanah dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab dan jujur dalam hal apapun karena di point yang keempat ini bisa jadi modal awal kita yang paling berharga untuk menjadi anggota DPR.
Sebaik – baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, maka kita sebagai manusia, dengan bekerja menjadi anggota DPR, harus berusaha agar dapat bermanfaat bagi rakyatnya. Hidup itu hanya sekali dan jika kita dapat memanfaatkan hidup itu maka sejarah akan mencatatnya untuk selamanya. Seburuk – buruknya rakyat sekarang beranggapan pada anggota DPR, kita harus tetap berusaha memperbaikinya meski itu rasanya tidak mungkin. Remember, Impossible is nothing for God. So we still have hope to chance everything, God will stand by you.


Daftar Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar