Perkenalkan
nama saya Fauzan Nu’man dan saya adalah seorang remaja yang tumbuh di kota
kecil Garut. Saya akan menceritakan tentang pengalaman saya selama di
Surakarta, yang merupakan salah satu kota yang ingin saya kunjungi.
Surakarta
adalah sebuah kota madya yang sering disebut dengan nama Solo atau Sala, yang
merupakan wilayah otonom dengan status kota dibawah Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Kota Surakarta memiliki penduduk 503.421 jiwa (2010) dan
kepadatannya 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini
berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah
utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat
dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Sisi timur kota ini dilewati sungai
yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan
Yogyakarta, Surakarta merupakan pewaris Kesultanan Mataram yang dipecah melalui
Perjanjian Giyanti, pada tahun 1755. Itu sekilas tentang Kota Surakarta yang
mempunyai semboyan Mulat Sarira Angrasa Wani yang berarti “Introspeksi diri,
merasa berani”.
Entah apa yang membuat Kota
Surakarta ini menjadi salah satu dari beberapa kota di Indonesia yang ingin
saya kunjungi. Apalagi setelah dipimpin Jokowi, Kota Surakarta menjadi lebih
terkenal. Ada satu pertanyaan tentang Kota Surakarta yang belum mendapatkan
jawaban yang memuaskan, yaitu apa perbedaan antara Surakarta dengan Solo?
Menurut penduduk disana, Surakarta itu adalah nama yang resmi dari pemerintah
dan Solo adalah nama lain dari Surakarta. Ada juga yang berpendapat bahwa Solo
adalah sebutan Kota nya dan Surakarta adalah nama keratin yang berada disana.
Tapi sampai saat ini saya belum mendapatkan jawaban yang pasti tentang itu.
Solo itu nama yang pertama saya kenal, dan mimpi untuk berkunjung ke Solo baru
dapat terwujud setelah saya mendapatkan juara 3 Lomba Essay Nasional BioFest
Himabio UNS Surakarta. Itu terjadi ketika saya duduk dibangku kelas XII.
Perjuangan untuk dapat mewujudkan
itu tidaklah mudah. Saya baru mengetahui bakat saya membuat essay ketika saya
berada di kelas XII. Ini sangatlah telat karena tidak lama lagi saya
meninggalkan bangku SLTA. Tapi, menurut
pepatah “untuk sukses tidak ada kata terlambat”. Essay yang saya buat pertama
kali adalah essay untuk mengikuti Parlemen Remaja UI yang pada waktu itu saya
sedang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Bandung. Disana saya tidak lolos,
tetapi ada yang memberikan draft hasil penilaian yang ternyata saya berada di
peringkat 7 se-Jawa Barat dan yang membuat saya tidak lolos itu dari penilaian
CV yang kecil karena penilaian hasil essay saya ternyata besar. Disanalah saya
menjadi percaya diri sehingga saya lolos seleksi Jambore Pelajar Teladan
Bangsa, Mendapatkan juara 3 lomba Essay Nasional BioFest Himabio UNS. Alhamdulillah...
Balik lagi ke cerita. Saat itu,
ketika saya mendapatkan pengumuman dari panitia Lomba Essay, saya sangat senang
sekali. Karena yang terpikirkan itu soal berangkat ke Solo. Hhaha... hadiahnya
juga sih, kebetulan juga waktu itu saya baru menjual Double Pedal sehingga saya
mempunyai uang untuk persiapan pergi kesana. Saya pun langsung memberitahu ke
pihak sekolah dan sekolah pun mendukung dengan akan mengganti semua biaya yang
dikeluarkan ketika pergi kesana.
Tanggal 25 November 2015, adalah tanggal dimana saya
berangkat ke Solo dengan ayah. Dari pihak sekolah tidak bisa mendampingi
sehingga ayah sayalah yang pergi mendampingi saya ke Solo. Ini hadiah yang
kedua untuk keluarga saya, karena saya dapat mengajak ayah saya ke Solo. Hari
sabtu siang, kami berangkat dulu ke Tasikmalaya, karena di Garut belum ada bis
yang tujuannya langsung ke Solo. Di Tasikmalaya kami langsung menuju pool dari
salah satu bis terkenal yang pemiliknya asli orang Tasikmalaya. Di perjalanan
pun banyak pelajaran – pelajaran yang sebelumnya belum kami ketahui. Kami
bertemu dengan orang Jakarta, mengobrol tentang Tasikmalaya, tentang Bus yang
kami tumpangi dll. Kami membeli tiket bus Tasik – Solo seharga Rp. 110.000,-
yang berangkat pukul 18.00 atau pas maghrib. Kami menunggu beberapa jam sambil
mengobrol dengan orang jakarta yang akan pulang ke daerahnya. Kami asik
mengobrol sampai waktu pemberangkatan pun tiba. Saya dan ayah saya pergi turun
dan bergegas naik bis jurusan Tasik – Solo. Ini mungkin pengalaman saya yang
pertama bisa mengajak ayah pergi ke luar kota karena prestasi yang saya
dapatkan.
Waktu menunjukkan pukul 18.00 dan bis pun berangkat.
Dengan mengucapkan basmallah semoga diberi kelancaran dan keselamatan sampai
pulang kembali ke Garut. Teringat teman – teman pengurus IPO Garut yang
sekarang sedang persiapan melaksanakan Festival Pelajar Kab. Garut. Saya
mengorbankan acara Festival Pelajar demi impian saya yang dari SMP ini pergi
berkunjung ke Solo sekaligus menerima penyerahan piala lomba essay. Padahal
saya juga di IPO Garut sebagai Ketua Umum dan akan memberikan sambutan. Tetapi
saya buat solusi lain yaitu dengan membuat Pidato Perwakilan Ketua Umum yang diwakili
oleh Wakil Ketua 1 IPO Garut, yaitu kang Yasin. BTW IPO Garut itu adalah
singkatan dari Ikatan Pengurus OSIS Garut yang mana menjadi wadah bagi para
pengurus OSIS untuk mengembangkan, memotivasi, memfasilitasi, membantu dan
mengusahakan supaya pelajar Garut menjadi pelajar yang terbaik dan berkualitas.
Balik lagi ke cerita guys, Perjalanan menggunakan bis dari Tasik menuju Solo
itu ditempuh kurang lebih selama 10 Jam. Selama 10 jam itu saya lebih banyak
melihat keindahan malam hari kabupaten/ kota yang terlewat oleh bis. Dari Tasik
bis menuju Ciamis, kemudian Kota Banjar, setelah itu bis memasuki wilayah Jawa
Tengah yaitu masuk wilayah Cilacap kemudian Kebumen. di daerah ini penumpang
bis hampir semua tidur hingga kita gak terasa sudah sampai di Yogyakarta.
Yogyakarta, salah satu kota yang ingin saya kunjungi.
Selain dari candi yang ada disana, tetapi juga adat budaya keraton yang ingin
saya lihat. Ini merupakan budaya kita, salah satu dari sekian banyak budaya
yang kita miliki. Setelah yogyakarta, bis kami mulai memasuki wilayah Solo.
Kami pun sampai di Terminal Tirtonadi dengan selamat pada pukul 4 pagi.
Setibanya disana, ternyata daerahnya agak panas. Meski panas, yang saya kagumi
yaitu Terminal Tirtonadi itu seperti bandara. Bersih, rapi dan ber-AC pula.
Bahkan saya melihat penumpang yang menggunakan colokan listrik untuk mencharge
handphonenya sambil tidur – tiduran di lantai. Penduduk disana pun ramah –
ramah. Mereka menawari jasa ojeg, taksi ataupun becak dengan sopan dan tidak
ada paksaan, bahkan jika ingin naik jasa yang lain, kita diberitahu lokasinya.
Setelah istirahat beberapa menit, kami pun menanyakan lokasi UNS kepada tukang
becak, ojeg dan petugas di terminal. Ada seorang tukang becak yang sudah paruh
baya menawari jasanya kepada kami. Kami agak kasihan melihatnya karena takut
tidak kuat membawa kami ke kampus UNS. Setelah bertanya – tanya pada yang lain,
kami pun akhirnya memakai becak bapak – bapak yang tadi. Bapak itu memberikan
tarif Rp. 40.000 ,- berdua untuk sampai ke kampus UNS. Kami pun berangkat, dan
melihat becaknya ternyata unik seperti becak dari China dan atasnya membundar.
Kami naik becak bapak tadi sambil melihat – lihat indahnya Kota Solo di pagi
hari. Sampai pada jalan yang menanjak, bapak tukang becak memohon untuk turun
dulu sebentar. Saya pun turun sambil membantu bapak tukang becak mendorong
becaknya. Setelah tanjakan selesai saya pun naik kembali dan tidak lama sampai
di gerbang depan kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kami membayar
lebih bapak becak tadi karena kebaikannya dalam melayani penumpang. Meski tidak
banyak tetapi cukuplah untuk menambah penghasilan.
Setelah sampai di gerbang depan kampus UNS, kami melihat
– lihat dan berfoto untuk dokumentasi dan eksis juga hhehe.. Kami pun masuk ke
dalam kampus, dan ternyata disana setiap hari minggu selalu ada acara – acara
olahraga warga sekitar seperti senam, lari pagi, acoustican dan banyak juga
yang berjualan. Tidak hanya itu, mata kami tertarik oleh para anggota MenWa UNS
yang baru datang untuk mengikuti latihan. Kebetulan waktu itu, Handphone kami
sudah kritis baterai, sehingga kami pun mencoba bertanya ke para anggota MenWa
dimana tempat untuk mencharger. Mereka berpakaian seperti halnya tentara
lengkap dengan baret merahnya. Mereka berpostur tegap dan berucap tegas baik
perempuan dan laki - laki. Mereka pun menunjukkan ke salah satu tempat yang
tersedia colokan listrik serta meja dari beton. Kami mencharger HP kami disana
sambil beristirahat dan sarapan dengan telur rebus serta makanan lain yang
sudah disiapkan. Ternyata sebagian makanan ada yang telah basi dan terpaksa
kami buang. Setelah mencharger HP dan beristirahat, saya langsung menghubungi
pihak panitia. Mungkin panitia gak enak dengan kami yang jauh – jauh dari garut
mengambil piala dan hadiah ke Solo. Tapi selain itu, kami pergi ke Solo untuk
berkunjung ke Kota yang saya impikan untuk dikunjungi ketika SMP ini.
Panita memberi balasan kalau acaranya dilaksanakan pukul
4 Sore di Gor Stadion Manahan Solo. Kami agak kaget mengetahuinya, karena kami
kemungkinan pukul 4 sore itu pulang kembali. Kami menanyakan ke mahasiswa UNS
lokasi Gor Stadion Manahan Solo. Ternyata jauh, kami pun memberitahukannya ke
panitia kalau kami ingin bisa terbawa sekarang hadiah dari lomba ini untuk
diberikan ke sekolah pada Upacara hari senin. Panitia pun menolak dan memberi
pilihan jika mau kebawa hadiahnya harus mengikuti dulu acara atau tunggu
setelah acara penyerahan piala selesai. Kami pun terpaksa harus mengikuti acara
yang dilaksanakan pukul 4 sore itu. Panitia pun ternyata berusaha mencari
solusi yaitu mereka bersedia menjemput kami ke kampus untuk pergi ke Gor
Stadion Manahan Solo. Kami pun jalan – jalan mengitari kampus UNS sampai pukul
12 siang pihak panitia memberitahukan mau menjemput kami. Kami pun kembali ke
gerbang utama UNS. Sambil menunggu, kami mencoba baso solo yang asli dari orang
Solo. Ketika mereka tahu kalau kami dari Garut, mereka terheran – heran dan
melihat kami seperti artis hhaha.. Agak langka mungkin. Tidak lama, panitia pun
datang dengan membawa 3 motor yang dipakai masing – masing 1 orang. Awalnya
kami bingung maksud dari panitia, tapi ternyata kami diberikan 1 motor untuk
dipake memesan tiket kereta api di Stasiun Balapan. Ternyata tiket habis, kami
pun langsung ke Terminal Tirtonadi dan ternyata tiket bus yang kami tumpangi
sebelumnya jadwal keberangkatan terakhirnya itu pukul 5 sore. Kami pun tidak jadi
membeli dan memilih mengikuti dulu acara. Ternyata benar lokasi Gor Stadion
Manahan itu lumayan jauh. Kami sampai disana pukul 3 sore dan para panitia
serta peserta sedang check sound. Kami disambut baik pihak panitia. Kami
ditempatkan di ruangan khusus untuk peserta. Datang dari pihak panitia dari
seksi acara Essay sampai ketua pelaksananya. Kami berbincang – bincang tentang
Solo, tentang latar belakang panitia dan juga tentang acara. Satu hal yang saya
tidak ketahui sebelumnya, yaitu lomba Essay ini ternyata pesertanya itu Siswa –
siswi SLTA dan para Mahasiswa. Panitia memberitahukan kalau juara 1 Essay yaitu
mahasiswa ITS Surabaya, kemudian juara 2 Essay dari Mahasiswa UNS yang baru
lulus, dan yang ketiga saya sebagai siswa SMK di Garut.
Meski yang kami ekspektasikan disana tidak sesuai harapan
tapi ada motivasi besar untuk saya khususnya yang dapat bersaing dengan
mahasiswa dan pelajar lain se-Nasional. Kami menunggu acara dimulai dengan
mengobrol dengan orang – orang sana. Kami mengobrol tentang Solo, tentang
Stadion sampai pemilihan presiden yang mana Jokowi berawal dari walikota Solo.
Waktu menunjukkan pukul 6 sore dan kami shalat serta makan. Acara sudah
dimualai, panitia mencari saya dan ayah saya agar bergegas masuk lokasi acara.
Ketika masuk saya salut dengan kegiatannya yang menyediakan Panggung yang cukup
besar, Sound System bahkan band dari luar kota. Tapi sayangnya mungkin karena
tiket masuk yang agak mahal dan informasi acara yang kurang menyebar sehingga
penonton yang hadir tidak sampai memenuhi setengah Gor Stadion Manahan. Kami
masuk gedung dan ditunjukkan kursi untuk peserta yang menang. Ada beberapa
orang yang duduk di wilayah tempat duduk kami. Acara penyerahan pun tiba. Saya
disuruh siap – siap dibelakang panggung dan saya pun dipanggil dan naik
panggung. Baru kali ini rasanya mendapatkan piala di tanah luar Jawa Barat.
Saya menerima piala dan hadiah dan kembali ke tempat duduk.
Alhamdulillah piala sudah dipegang dan dari pihak panitia
mengisyaratkan mau mengantar ke Terminal Tirtonadi. Beberapa saat, kami disuruh
turun dan bergegas pergi ke Terminal Tirtonadi. Ternyata diluar hujan deras,
tetapi panitia telah menyiapkan jas hujan untuk kami. Kami pun berangkat ke
Terminal Tirtonadi. Ternyata masih ada tiket bis menuju Tasik tapi bis yang kami
tumpangi berbeda. Tak apalah asalkan sampai kembali pulang ke Garut. Itulah
pengalaman ketika berkunjung ke Surakarta. Kami mendapatkan sambutan yang baik
dari pihak panitia, warga Solo juga ramah kepada pendatang. Semoga tali
silaturahmi kita tidak hanya sampai disini, tetapi semoga ini menjadi awal dari
silaturahmi kita dan tetap berjalan terus. Jika mau berkunjung ke Garut, kami
pun akan berusaha untuk memberikan sambutan yang terbaik.
Maaf numpang iklan disini ya, kak Fauzan Nu’man...
BalasHapusBingung mencari alamat Grosir Pramuka, Grosir Perlengkapan Pramuka, Grosir Atribut Pramuka, atau Grosir Atribut Sekolah yang terlengkap dan termurah di kota Surakarta??
Alamatnya silahkan saja kunjungi link dibawah ini...
Alamat Toko Grosir Perlengkapan Pramuka Di Solo
Salam pramuka dari shakipramuka.blogspot.com